Pergeseran Kepercayaan: Mengapa Gen Z Meninggalkan Bank untuk Merangkul Kripto
Kata-kata: Crypto UnfilteredCompiler
: Block unicorn
Kata Pengantar
GenZ tidak hanya mengubah lanskap media sosial, mereka juga membentuk kembali cara dunia berpikir tentang keuangan. Tumbuh dengan pinjaman mahasiswa, inflasi yang melonjak, dan pasar kerja yang tidak pasti, banyak anak muda telah mengembangkan kecurigaan yang mendalam terhadap perbankan tradisional.
Tapi apa sumber ketidakpercayaan ini? Mengapa itu membuat cryptocurrency lebih menarik dari sebelumnya?
Bank sudah tua, lambat, dan tidak berhubungan
dengan Gen Z, yangkira-kira lahir antara tahun 1997 dan 2012, dan mereka sering merasa ketinggalan zaman dan tidak responsif. Bayangkan mengantri di bank fisik, mengisi dokumen tanpa akhir, atau menunggu berhari-hari hingga transfer selesai. Untuk generasi muda yang terbiasa dengan kepuasan instan yang disediakan oleh aplikasi seperti Venmo atau Apple Pay, proses perbankan tradisional tampaknya tidak perlu rumit dan lambat.
Tetapi di luar kenyamanan, ada ketidakpercayaan yang lebih dalam yang berakar pada pengalaman pribadi. Gen Z telah menyaksikan generasi yang lebih tua berjuang secara finansial karena krisis perbankan, biaya tinggi, dan produk kompleks yang jauh lebih menguntungkan bank daripada konsumen. Krisis keuangan 2008 mungkin tampak jauh bagi generasi yang lebih tua, tetapi efeknya, seperti hutang pinjaman mahasiswa yang sedang berlangsung dan ketidakpastian ekonomi, masih memengaruhi cara Gen Z berpikir tentang keuangan saat ini.
Utang, Inflasi, dan Ketidakstabilan Pekerjaan: Ancaman Tiga Kali Lipat
Tantangan keuangan Gen Z menakutkan:
Hutang mahasiswa: Utang mahasiswa AS berjumlah lebih dari $1.7 triliun, dan rata-rata peminjam Gen Z dibebani dengan pinjaman mahasiswa sekitar $20,000 hingga $30,000. Tidak seperti orang tua mereka, lulusan saat ini menghadapi hutang yang lebih besar dan seringkali tidak memiliki keamanan pekerjaan yang stabil dan bergaji tinggi.
Inflasi: Inflasi memuncak sekitar 9% pada tahun 2022, sangat melemahkan daya beli dan membebani perumahan, makanan, dan kebutuhan pokok. Bunga kurang dari 1% yang ditawarkan oleh rekening tabungan bank tidak membantu, semakin memperburuk frustrasi.
Ketidakstabilan pekerjaan: Gen Z menghadapi ketidakstabilan pekerjaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ekonomi pertunjukan, kontrak jangka pendek, dan meningkatnya penggunaan teknologi otomasi berarti bahwa jalur karir yang stabil lebih sedikit. Ketidakpastian keuangan telah menjadi norma, bukan pengecualian.
Ketika bank tampaknya tidak mampu atau tidak mau mengatasi masalah inti ini (membebankan biaya tinggi, membayar bunga sedikit, menawarkan fleksibilitas minimal), mereka kehilangan kredibilitas di mata kaum muda yang mendambakan transparansi, kenyamanan, dan keadilan.
Daya Tarik Cryptocurrency: Membangun Kepercayaan Melalui TransparansiDi
sisi lain, cryptocurrency secara langsung menanggapi masalah Gen Z, menawarkan alternatif untuk sistem keuangan tradisional:
Transparansi: Teknologi blockchain yang menopang cryptocurrency memberikan catatan yang transparan dan dapat diverifikasi dari setiap transaksi. Tidak seperti bank, data blockchain tidak dapat diubah atau disembunyikan, membangun kepercayaan melalui keterbukaan daripada kerahasiaan.
Kontrol: Cryptocurrency memberi pengguna kemampuan untuk memiliki kendali langsung atas dana mereka. Tidak ada bank yang dapat membekukan aset Anda, membebankan biaya tersembunyi, atau membatasi akses Anda. Otonomi ini sangat menarik bagi generasi yang skeptis terhadap otoritas tradisional.
Aksesibilitas dan kecepatan: Transaksi mata uang kripto dapat dilakukan secara instan, secara global, dan kapan saja tanpa masa tunggu atau dokumen. Bagi Gen Z, pengalaman tanpa batas ini sejalan dengan harapan mereka terhadap gaya hidup digital native.
Contoh dunia nyata dari meningkatnya popularitas aplikasi cryptocurrency
dapatdengan jelas melihat pergeseran ini melalui contoh berikut:
PayPal dan Aplikasi Tunai: Aplikasi ini, yang populer di kalangan anak muda, sekarang menawarkan transaksi cryptocurrency sederhana langsung di platform mereka, secara signifikan menurunkan hambatan untuk adopsi.
NFT dan kepemilikan digital: Non-fungible token (NFT) telah memicu imajinasi Gen Z dengan mengubah karya seni digital dan barang koleksi menjadi aset berharga yang dapat diperdagangkan. Pada tahun 2021 saja, pasar ini mencapai lebih dari $25 miliar.
Keuangan terdesentralisasi (DeFi): Platform seperti Uniswap dan Aave menawarkan produk keuangan bebas perantara dengan pengembalian yang lebih tinggi dan biaya lebih rendah daripada bank tradisional.
Intinya: Pergeseran bank perwalian
tidak akan hilang besok. Tetapi untuk generasi yang dibentuk oleh ketidakpastian ekonomi, daya tarik cryptocurrency sebagai sistem keuangan alternatif tampaknya logis. Cryptocurrency tidak menjanjikan kekayaan yang mudah, tetapi menawarkan banyak hal yang sangat diinginkan Gen Z: kemandirian finansial, transparansi, dan kontrol.
Bagi Gen Z, ketidakpercayaan terhadap bank tradisional bukanlah mode yang lewat. Ini adalah bagian dari pergeseran budaya yang lebih dalam menuju pemberdayaan dan transparansi. Bank mungkin perlu beradaptasi, atau berisiko menjadi tidak relevan.
Pada saat yang sama, cryptocurrency lebih dari sekadar investasi – ini menjadi alternatif yang layak untuk keuangan tradisional, siap memenuhi kebutuhan generasi ini akan solusi baru.